Selasa, 21 September 2021

when i in trouble…

Dalam hidup, Aku punya kecenderungan untuk selalu melihat sisi negatif. Prepare for the worst… Itu lah alasannya hidupku cenderung stabil dan aku tidak mudah panik menghadapi apapun tantangan yang mungkin datang.  

Namun, kebiasaan ini seringkali membawaku dalam kondisi waspada dan tidak melihat bright side yang mungkin muncul. Sikap waspada itu baik, namun apabila terlalu jauh mengantisipasi apa yang mungkin terjadi di masa depan, aku cenderung lupa mensyukuri apa yang ku dapat hingga saat ini.

Bukan kali pertama atau kedua aku begini. Saat dihadapkan dengan suatu perkara, aku cenderung menganalisa kondisi dan membayangkan beberapa sekenario yang mungkin terjadi. Hingga situasi kembali terkontrol, baru aku mulai bisa bernafas dengan wajar dan menikmati moment.

Aku belum ada di tahap yang bisa menjadikan sabar dan syukur sebagai penolong. Dalam kondisi darurat hal pertama yang ku ingat setelah istighfar adalah kontigensi plan. Aku tidak dapat bersabar ataupun mensyukuri apapun dalam kondisi darurat. Nope. Its not me.

Aku tidak bercerita soal benar atau salah. Aku hanya berbagi soal pilihan yang aku buat saat kondisi darurat menghampiri. Saat emosiku diganggu dan stabilitas hidupku terusik, hal pertama yang ku lakukan bukanlah bersabar atas musibah ataupun bersyukur karena kondisinya tidak separah orang lain. Aku tidak punya waktu untuk itu.

Waktuku berharga dan akan kugunakan untuk membuatku dalam kondisi nyaman. Alih-alih bersabar atas musibah, aku akan mencari cara untuk survive meskipun musibah menghampiri. Alih-alih bersyukur, aku seringkali menyiapkan back up plan jika kondisi kembali memburuk. Aku tidak bisa berpikir jernih saat tertekan dan aku selalu berusaha membuat kondisi yang stabil agar penilaianku terhadap apapun clear dan tidak bias.

Aku tahu, sabar dan syukur itu harus dilakukan setiap saat. Namun, dalam hidup ada yang leboh penting dari itu. Namanya IKHTIAR…

Selalu berjuang melakukan yang terbaik dan siap jika sewaktu-waktu kondisi memburuk.