Aku termasuk sumbu pendek. Emosiku gampang sekali tersulut oleh hal-hal kecil. Saat sedang serius dengan sesuatu, gangguan kecil pun akan ku respon dengan emosi meledak-ledak. Serem deh kl ngaca liat muka sendiri lagi ngomel.
Tergantung lingkungan sebenarnya. Aku cenderung mampu menahan emosi saat berada di lingkungan yabg aku tidak nyaman. Di tempat-tempat baru, aku cenderung cuek dengan apapun tingkah orang lain, emosiku sulit disulut. Tapi, beda halnya dengan di dalam rumah. Aku bisa emosi sekali saat orang terdekatku bertindak secara tidak sopan menurutku. Hal yang biasanya aku cuek saja jika dilakukan orang lain.
Berulang kali membaca dan mencari referensi soal menahan emosi, ntah nonton ceramah, baca buku, bahkan curhat ke psikolog juga buat mengendalikan emosi yg sewaktu-waktu meledak ini. Setidaknya sekarang aku sedikit paham, emosi itu dilepaskan, bukan di pendam saja.
Naahh yang harus dipelajari adalah cara melepaskan emosi dengan elegan tanpa menyakit siapapun, termasuk diri sendiri. Emosi yang selalu ditahan justru hanya akan berubah menjadi gunung api yang sewaktu-waktu bisa meledak, bahkan jika hanya disulut oleh hal sepele. Emosi yang mampu dilepaskan dengan cara yang benar akan membuat kita lebih tenang.
Secara teori membaca istighfar juga termasuk cara untuk release emosi. Namun terkadang, tidak semua orang ingat untuk melakukannya. Saat emosi memuncak, aliran kata mengalir dengan deras hingga terkadang lupa, kata setajam pisau itu mampu melukai pendengarnya. Bukannya menyelesaikan masalah, marah-marah justru menambah konflik baru.
Penting sekali sebenarnya membiasakan membaca istighfar. Memohon ampun kepada-Nya atas segala khilaf hingga lidah menjadi lentur dan terbiasa mengucap astaghfirullahaladzim. Saat emosi, kita cenderung lupa semua teori, kita terbiasa mengucap kata yang terbiasa kita ucap dan terekam dibawah sadar. Membiasakan membaca istighfar dalam kondisi apapun, membuat kita tanpa sadar langsung beristighfar saat dihadapkan dengan situasi yang membangkitkan emosi.
Masih banyak ilmu yang belum aku kuasai. Pun ada ilmu yang aku paham, tak semua mampu aku aplikasikan. Sungguh hidup ini selalu penuh pelajaran dan ujian. Berhenti belajar sama saja sengaja tidak ingin hidup.