Hari ini, kelas abeille kebagian giliran jualan di kegiatan entrepeneur day. Bagian jualan ini selalu bagi momok buatku. Aku selalu merasa tidak memiliki keahlian apapun yang menjual. Masak ga bisa, kreativitas minim, ide bisnis nol besar, marketing apalagi. Setiap berjualan ada fase laku dan tidak tapi untungnya selama 1 semester biasanya hanya 2 kali dia kebagian jualan, tidak terlalu sering, bingung juga cari ide jualan saat bundanya tidak ada ketertarikan sama sekali dengan dunia entrepreneur.
Aku terlalu bingung barang apa yang sedang disukai anak-anak saat ini. Tidak mengerti juga sebaiknya dipasang harga berapa yang sesuai untuk suatu harga. Tugas anak sebenarnya untuk memutuskan agar muncul jiwa kewirausahaannya, namun abeille yang masih kelas 1 SD ini sepertinya belum punya pikiran berwirausaha. Bahkan hanya untuk menawarkan dagangan yang sudah disiapkan, dia masih malu-malu. Gak papa sih, semua butuh proses.
Kali ini, aku memutuskan berjualan puding. Tentu dengan kemampuan masakku yang dibawah rata-rata, tidak mungkin aku ahli meracik bahan. Nutrijel instan jadi andalan. Beli nutrijel puding cokelat beserta vla vanilanya, ditambah puding mangga supaya ada variasi jenis. Jelas tidak butuh keahlian apapun membuat puding instan, tinggal masukkan racikan ditambah air. Puding jadi dan siap didinginkan.
Naahh bagian tersulit dari jualan menurutku adalah penentuan harga. Aku selalu, selalu, dan selalu bingung dibagian ini. Jiwa sosialku rasanya lebih tinggi daripada jiwa usaha. Aku merasa “jahat” jika mengambil untung terlalu besar. Setelah ku hitung harga bahan yang dibutuhkan, aku sadar modalku sekitar seribu per cup. Menjual seharga dua ribu rupiah membuatku merasa menjual terlalu mahal, itu 100% dari modal. Menjual seharga 1,500 akan sangat merepotkan karena aku tidak punya kembalian 500-an jika ada pembeli. Akhirnya kuputuskan untuk jual diharga modal. Seribu rupiah.
Aku sadar, secara umum harga puding di kios2 pinggir jalan itu sekarang rata-rata dua ribu. Dari pembuatnya dihargai seribu lima ratus, pemilik tempat ambil untung lima ratus per item. Aku merasa tidak tega menjual harga segitu, toh ini untuk anak-anak. Mereka main ke rumah pun pasti puding itu aku sajikan gratis, tidak minta bayaran. Jadi, jika harus menjual kepada mereka rasa-rasanya aku tidak tega ambil untung.
Mungkin perasaan ini juga yang membuatku tidak tertarik berdagang dengan orang yang aku kenal. Jika harus menjual barang misalnya, aku lebih nyaman memasarkan secara daring. Bertransaksi dengan orang yang tidak aku kenal. Aku selalu merasa bersalah jika ambil untung dari mereka yang ku kenal. Entah perasaan macam apa ini, namun ini juga yang membuatku mengurungkan niat menjadi ibu pengusaha. Dah lah, aku menyerah sebelum terjun ke dunia bisnis. Tidak mampu aku menghargai jasaku, aku terlalu khawatir produkku tidak diminati sehingga aku rela menjual dengan harga modal saja hahaha…
Agak aneh memang, tapi yaa sudahlah toh memang sesuai harapan. Pudingku terjual habis. Aku tidak menderita kerugian apapun, misson accomplished.