Seorang guru yang bijaksana tiba-tiba didatangi oleh seorang
murid nya. Murid ini mengeluh pada sang guru tentang masalah nya. Ia berkata
pada sang guru, “kenapa saya selalu diberi masalah…. Rasanya Tuhan tidak adil”.
Sang guru itu pun hanya tersenyum dan meminta murid ini untuk mengambil segelas
air. Murid ini melakukan apa yang diperintahkan sang guru. Sang guru pun
kemudian mengatakan pada murid ini, “Kamu tidak lebih seperti gelas ini”. Murid
ini melihat gelas tersebut dan mulai merasakan kebingungan. Sang guru pun mengambil sesendok garam dan
memasukkan nya di dalam gelas tersebut dan bertanya pada murid tersebut, “Tolong
cicipi air di dalam gelas ini. Apa rasa nya?” Sang murid mulai mencicipi air di
dalam gelas dan mengatakan “rasanya asin”. Sang guru ini kemudian mengajak
murid ini berjalan menuju sebuah danau di belakang rumah sang guru dan mulai
menuangkan sisa garam tersebut ke danau dan kembali bertanya pada murid nya, “Bagaimana
rasa air di dalam danau tersebut?”. Sang murid mulai mengambil air dan meminum
nya. Murid ini hanya merasakan air tawar yang berada di dalam air.
Gelas dan danau merupakan sebuah model luas penampang hati
manusia. Di dalam fisika kita mengenal rumusan dari Tekanan yaitu, P = F/A di
mana F adalah tekanan, F = gaya yang diiberikan, dan A adalah luas penampang.
Dari rumusan ini didapatkan tekanan selalu berbanding terbalik dengan luas
penampang. Untuk mendapatkan tekanan yang rendah maka kita harus memberikan
luas penampang yang besar. Jika tekanan ini adalah tekanan dari masalah, dan
luas penampang adalah luas hati kita, maka semakin kita meningkatkan luas nya
hati kita maka kita memberikan semakin rendah tekanan dari masalah kita.
Gelas dan danau memiliki luas penampang yang berbeda. Jika
masalah ini ditampung oleh hati yang sempit, maka terasa masalah ini menjadi
semakin berat diakibatkan tekanan semakin besar. Berbeda hal nya jika masalah
ini ditampung oleh hati yang luas maka, tekanan terhadap masalah ini semakin
kecil bahkan tidak terlihat sebagai masalah.
Masalah bukanlah sebuah masalah sebelum dinamakan masalah.
Itu adalah kalimat dari Richard Bandler yang saya sukai. Masalah yang kita
peroleh menjadi masalah saat kita menampung nya dengan hati yang sempit. Untuk
menghasilkan hati yang luas dibutuhkan keikhlasan dan kebijaksanaan dalam
memaknai setiap kejadian yang kita alami. Apa yang kita sebut sebagai masalah
hanyalah sebuah kejadian netral. Menjadi masalah karena kemudian kita memaknai
nya masalah dan tidak mengikhlaskan menerima masalah. Masalah setiap orang
adalah hal yang baik karena masalah ini terjadi dan disebabkan dua hal, yaitu energy
negative yang tertarik akibat masa lalu atau energy positif yang kita lepaskan ke
alam semesta di masa lalu. Karena masalah ini adalah sebuah hal yang baik, maka
masalah ini harus diterima dengan hati yang ikhlas hingga kita meningkatkan luas
permukaan hati kita.
“Bebaskan diri kita dengan memperluas hati kita”, kata sang
Guru pada murid nya. Sang Guru mulai menjelaskan pada muridnya bahwa gelas dan
danau adalah diri kita dan garam adalah masalah kehidupan. Saat engkau menjadi
gelas maka masalah kehidupan itu begitu terasa nya dalam diri kamu, sedangkan
saat kamu memutuskan menjadi danau maka, masalah kehidupan yang jauh lebih
banyak malah menjadi sangat tidak terasa. Murid ini pun akhirnya mengikuti sang
Guru dan menjadi seorang yang bijaksana dan membebaskan diri nya dengan
memperluas hati nya. Bagaimana dengan Anda, kapan Anda mulai memutuskan untuk
memperluas hati Anda, Sekarang atau sesaat lagi. Semua nya adalah keputusan
Anda. Putuskan sekarang juga dan lakukan berbagai tindakan untuk mendukung
keputusan anda.