Tiga fase ‘kehidupan’ di twitter :
1. Noob / Newbie
Ini fase mulai dari nol tadi. Di mana kita bengong tentang apa itu reply @, retweet RT dan hashtag #.
Saat itu Twitter bener-bener sangat membingungkan. Semua orang yang ada
di layar seperti ngomong sendiri. Apa maksudnya ini? Dan twitter List
ini apa sih?
Semua orang mengalami masa itu!
Di fase ini, seorang tweep hanya ngetwit kalau inget saja. Jadi ketika “Eh, ya ogut kan punya twitter ya?” ~kemudian buka web twitter.com dan nulis apa adanya. Satu dua twit, habis itu sign-out.
Tweep
yang masih berada di fase ini juga buta dengan client. Dia hanya
melakukan update twit lewat situs resmi
twitter. Tidak mengenal apa itu Echofon, Tweetdeck, Uber-Twitter,
Brizzly, Seesmic, Mixero, Twitterific, Snaptu, dan client-client
terkenal lainnya. Deskripsi bio di profilnya standar ~semacam “Just ordinary girl / boy” dengan poto avatar yang juga ordinary.
Selain
itu, pertama kalinya dia hanya mem-follow akun twit milik artis-artis
idola (baik penyanyi, band, aktor dsb) dan hanya mengikuti update twit
dari saudara / teman yang dikenal di dunia nyata. Jumlah followers-nya
rata-rata kurang dari 50.
Mereka para pemula ini menggunakan
twitter untuk chatting dan update status engga jelas. Mirip fitur
wall-to-wall yang ada di facebook. Atau, iseng menyapa dan mengomentari
twit artis-artis –untuk kemudian kecewa
karena si artis tidak membalas twit-nya.
Noob yang belum paham
tentang dunia twitter ini suka terkena sindrom foll-back. Karena
terbiasa menambahkan teman di facebook; dia mengira bahwa jika di-follow
seseorang –maka hukumnya wajib untuk balik mem-follow. Maka muncullah
twit-twit lucu semacam : “Please, kak!! Follback me!!”
Nah, karena
belum merasakan asyiknya dan malah cenderung merasa gak fungsi; banyak
noob yang kemudian menyerah dan meninggalkan twitter ~tidak
disentuh-sentuh lagi. “Lebih asyik dan enak fesbukan..” katanya.
2. User
Ini fase di mana seorang tweep sudah mulai terbiasa dengan suasana timeline di twitter. Meski masih suka buka twitter.com, dia lebih suka dengan twitter-client pilihan yang biasa digunakan sehari-hari.
Di fase ini dia ngetwit ketika ada waktu luang. Misalnya ketika sedang menunggu antrian di Bank, lagi nongkrong di cafe
bareng teman-teman, waktu membosan di sela-sela kesibukan kerja, sebelum nonton pilem atau konser musik; atau ketika melakukan me time di tempat favorit.
Dia
juga sudah mencoba
mengikuti tweeps yang menarik minat dan meng-unfollow artis-artis yang
ternyata malah mengganggu timeline. Dia mengikuti suatu obrolan dan
diskusi; ikutan mengkritik atau membahas isu yang sedang ngehits, iseng
melempar suatu pertanyaan menggelitik atau bermain-main dengan quiz dan
game-game kreatif di twitter lainnya.
Pendek kata, si User ini
sudah mendapatkan pencerahan tentang dunia twitter. Dia mengambil yang
oke, dan membuang yang ble’e. Dia hanya mengikuti twit-twit yang
menarik, meninggalkan yangannoying. Kemudian dia semakin sering membagi sesuatu. Mungkin tulisan menarik di blog, poto-poto
kegiatan atau yang unyu-unyu, sinopsis atau ringkasan buku yang sedang dibaca atau review tentang pilem yang habis ditonotn.
Karena
dia menarik, followers-nya pun mulai bertambah di kisaran 100 –
1000-an. Poto profilnya mulai unik, dan menggambarkan dirinya. Deskripsi
diri di bio twitter pun sudah mulai menggelitik, seperti quote-quote
terkenal atau oneliner gahul macem: “Everybody loves me, coz I’m made of chocolate.”atau yang semacam itu.
Dia mulai merasakan asyiknya twitter dan enjoy berinteraksi bareng dengan kawan-kawan dan para followers-nya.
3. Addict
NAH!! Yang ini nih, di fase ini dia ngetwit hampir SETIAP waktu!!
Sekali lagi ngetwit SETIAP waktu. Dia tidak ngetwit hanya ketika sedang tidak sadarkan diri; ketika istirahat atau pingsan.
Twitter yang super addict sangat berbahaya; karena dia seperti tidak punya kehidupan lain selain
twitter. Dia punya twitter-client andalan di semua
media. Lewat desktop punya sendiri, henpon punya client sendiri. Ketika internet sedang mati; dia menggunakan layanan Twitter txt yang bisa menerima update dan bisa ngetwit status via sms. Pokoknya timeline harus selalu terbuka di genggaman.
[ Perlu dipahami, bahwa istilah nge-twit di sini tidak
berarti harus update status. Membaca timeline, kepo mengikuti in-reply-to suatu
percakapan, membuka tautan menarik yang ditwitkan seseorang, browsing
dan membuka profil user lain ~juga termasuk aktivitas ngetwit. Yup.
Seseorang yang jarang menulis twit tapi dia tetep non-stop mengikuti
alur informasi di timeline twitter sudah dikategorikan addict!! ]
Seorang
addict yang parah banget bisa mem-follow ribuan orang. Dia meng-list
semua yang dia follow, dikategorikan menjadi kelompok-kelompok tertentu.
Avatar dan deskripsi di bio-nya unik dan menjadi khas tersendiri. Si
addict ini juga suka ngomong
apa saja. Dan ketika dia agak lama tidak update; maka status twit terbaru dia akan berbunyi : “Sial! Baru bisa nge-twit.. Gara-gara bla bla bla..”
Memang,
buat si addict –twitter sudah jadi kebutuhan pokok. Bahkan saat bangun
tidur; update status lebih diutamakan sebelum minum air. Melek, langsung
mengabarkan kepada dunia (twitter) bahwa dia masih eksis.
Kebutuhan-kebutuhan lain bisa menyusul.
Mengerikan.
Jadi kamu termasuk yang mana?
Jika kamu merasa masih Noob;
santai saja. Sekali lagi, semua orang mengalami masa itu! Tidak perlu
minder atau ngambek. Pelan-pelan, mulai pelajarilah fungsi dan fitur di
twitter. Ikuti tweep yang menarik atau yang direkomendasikan temen. Cari
yang cocok denganmu. Misalnya kamu seorang penyanyi, follow para
penyanyi canggih. Tidak perlu artis. Kalau kamu seorang
desainer, di twitter banyak beredar tweep yang suka bagi-bagi tips
desain. Go figure!
Jika kamu seorang User,
bersyukurlah. Ini adalah fase teraman. Kamu tidak ketinggalan zaman,
namun juga masih ‘terbangun’ di dunia nyata. Tetaplah dalam posisi
seperti ini. Boleh mengembangkan sayap dengan menambahkan siapa-siapa
yang di-follow; namun tetep balance. Punya akun twitter memang penting,
namun bisa menyeimbangkannya dengan kehidupan nyata sehari-hari jauh
lebih penting. Mantap!
Jika kamu ternyata udah jadi seorang Addict,
waspadalah! Hati-hati, mungkin ada kerjaan yang terlunta, atau
kewajiban-kewajiban yang belum ditunaikan. Inget juga bahwa tubuhmu
perlu makan dan minum. Kalau kamu mengikuti ribuan orang, bikinlah list
twitter ~atau ‘membersihkan’ daftar dengan membuang yang engga penting.
Kalau ketergantungannya beneran udah parah banget, sebaiknya bikin
jadwal kapan boleh buka twitter
kapan harus berhenti. Inget kan, bahwa segala sesuatu yang berlebihan
itu engga baik.
Angka
menunjukkan, Twitter sudah merasuk begitu
dalam di kehidupan manusia di dunia maya. Lebih dari 145 juta akun
terbentuk di seluruh dunia hingga Juli 2010. Di Indonesia, menurut Comscore,
20,8% pengguna Internet menggunakan Twitter per Juni 2010. Masih
menurut lembaga riset itu, Indonesia adalah negara dengan penetrasi
Twitter terbesar di dunia.
Yang menarik, seringkali kata kunci asal Indonesia yang menjadi trending topics (topik
yang paling banyak diperbincangkan di seluruh dunia) di Twitter. Fakta
ini menunjukkan, pengguna Twitter Indonesia tergolong aktif di Twitter.
Angka memang penting. Tapi motivasi menggunakan Twitter
jauh lebih menarik buat saya.
Pagi tadi saya mencoba menanyakan ke mereka, para pengguna, bukan marketer, secara langsung di Twitter:
@Nukman: Mengapa
kita menggunakan Twitter? Pertanyaan ini sering muncul saat melihat
pertumbuhannya dan keceriwisan kita di Twitter. Bantu jawab ya
Saya mendapat puluhan jawaban menarik seketika, dan sore ini saya simpulkan beberapa
hal di bawah ini:
1. Sederhana.
Sesederhana
mengirim SMS. Hanya mengetik maksimal 140 karakter. Tidak sesulit blog
yang harus menulis beberapa alenea. “Tidak perlu lama menulis seperti
blog ‘normal’, kata Goklas Tambunan. Di
blog, 140 karakter hanya menjadi judul. Ini adaptasi mudah dari
kebiasaan ber-sms-ria. Twitter juga tidak serumit social media
lainseperti Facebook yang amat kaya fitur.
2. Medium eksistensi.
Twitter memenuhi hasrat penggunanya untuk eksis dan diakui pengguna Twitter lain. Seperti disampaikan Ekky Rezky: ”Ingin eksis, biar dilihat orang juga.”
Bagi Firdiyanti,
Twitter adalah representasi masusia sebagai mahluk sosial. “Orang yang
pendiam sekalipun punya pengalaman yang ingin dia bagi ke orang lain via
Twitter.”
Hal ini juga yang kemudian mengilhami beberapa penggunanya untuk memanfaatkan Twitter sebagai sarana personal branding.
3. Mendapatkan informasi yang lebih segar.
Media massa sudah mengadopsi Twitter. Cukup dengan men-follow akun
Twitter media tersebut, berita terbaru langsung hadir di layar Twitter
kita, tanpa harus datang ke situs beritanya. Jika tertarik dengan judul
yang disajikan di garis waktu (time-line), baru
kita mengklik tautannya dan masuk ke situs media tersebut.
Selain
itu, banyak hal-hal baru, aktual, yang disebarkan oleh pengguna
Twitter, yang luput atau terlambat dimuat media. Twitter menjadi media
tak resmi. “Bisa mendapatkan informasi dari narasumber yang valid
sekaligus bisa berinteraksi langsung dengan mereka,” kata Andre Manuhutu.
“Dengan Twitter saya bisa mendapatkan buanyak rangkuman kejadian aktual, tanpa harus banyak baca halaman berita,” kata Yuliadi Syarief.
Namun,
tetap harus waspada di Twitter, terutama soal akurasi. Ini bisa
dimaklumi, pengguna Twitter bukan jurnalis yang terlatih menulis fakta.
Apalagi, sebagian dari mereka, “Cenderung menyempaikan opini ketimbang
fakta,” kata Tomi Satryatomo.
4. Mendapat ilmu.
Banyak
pengguna Twitter yang pintar dan suka berbagi.
Tanpa menuntut bayaran, mereka berbagi ilmu dengan cara masing-masing.
Ada yang twit disertai blog. Ada yang suka memberikan kultwit alias
kuliah via Twitter yang amat panjang.
“Interaksinya dahsyat, medium “bertemu” orang-orang hebat hingga yang bejat, tinggal pintar-pintar memetik manfaat,” kata Nenden Novianti. Atau seperti yang dibilang Neng Ratna, anak SMA yang rajin twitteran, “bisa ‘mencolong’ ilmu orang-orang sukses.”
5.
Berkomunikasi secara egaliter.
Di Twitter, baik yang men-follow maupun yang di-follow punya
kedudukan setara, meski secara pendidikan, jabatan, umur bisa saja
berbeda. Begitu kita menyukai kualitas tweet seseorang kita bisa men-follow-nya. Tatkala kita tidak menyukainya, kita dengan mudah men-unfollow-nya. “Di Twitter pun kita bisa berkomunikasi dengan bebas.
“Di Twitter tidak ada “saya siapa” dan ’Anda siapa’. Bebas beropini,” kata Anto Nugroho.
Bahkan, seperti kata Andang Setiadi,
“Twitter memperlancar komunikasi dengan orang-orang penting yang
kadangkala susah ditemui secara fisik.” Dengan semakin banyaknya
menteri, politikus, seleb, petinggi perusahaan
dan orang penting lainnya di Twitter, semakin mudah masyarakat, dengan
latar belakang apapun, berkomunikasi dengan mereka secara egaliter.
Beberapa hal di atas, dirangkum Masova (Bisri Mustova), bahwa Twitter menjadi sangat menarik karena
manfaatnya sebagai medium “Informasi, edukasi dan komunikasi..”