Senin, 25 Februari 2013

Twitter

Tiga fase ‘kehidupan’ di twitter :
1. Noob / Newbie
Ini fase mulai dari nol tadi. Di mana kita bengong tentang apa itu reply @, retweet RT dan hashtag #. Saat itu Twitter bener-bener sangat membingungkan. Semua orang yang ada di layar seperti ngomong sendiri. Apa maksudnya ini? Dan twitter List ini apa sih?
Semua orang mengalami masa itu!
Di fase ini, seorang tweep hanya ngetwit kalau inget saja. Jadi ketika “Eh, ya ogut kan punya twitter ya?” ~kemudian buka web twitter.com dan nulis apa adanya. Satu dua twit, habis itu sign-out.
Tweep yang masih berada di fase ini juga buta dengan client. Dia hanya melakukan update twit lewat situs resmi twitter. Tidak mengenal apa itu Echofon, Tweetdeck, Uber-Twitter, Brizzly, Seesmic, Mixero, Twitterific, Snaptu, dan client-client terkenal lainnya. Deskripsi bio di profilnya standar  ~semacam “Just ordinary girl / boy” dengan poto avatar yang juga ordinary.
Selain itu, pertama kalinya dia hanya mem-follow akun twit milik artis-artis idola (baik penyanyi, band, aktor dsb) dan hanya mengikuti update twit dari saudara / teman yang dikenal di dunia nyata. Jumlah followers-nya rata-rata kurang dari 50.
Mereka para pemula ini menggunakan twitter untuk chatting dan update status engga jelas. Mirip fitur wall-to-wall yang ada di facebook. Atau, iseng menyapa dan mengomentari twit artis-artis –untuk kemudian kecewa karena si artis tidak membalas twit-nya.
Noob yang belum paham tentang dunia twitter ini suka terkena sindrom foll-back. Karena terbiasa menambahkan teman di facebook; dia mengira bahwa jika di-follow seseorang –maka hukumnya wajib untuk balik mem-follow. Maka muncullah twit-twit lucu semacam : “Please, kak!! Follback me!!”
Nah, karena belum merasakan asyiknya dan malah cenderung merasa gak fungsi; banyak noob yang kemudian menyerah dan meninggalkan twitter ~tidak disentuh-sentuh lagi. “Lebih asyik dan enak fesbukan..” katanya.
2. User
Ini fase di mana seorang tweep sudah mulai terbiasa dengan suasana timeline di twitter. Meski masih suka buka twitter.com, dia lebih suka dengan twitter-client pilihan yang biasa digunakan sehari-hari.
Di fase ini dia ngetwit ketika ada waktu luang. Misalnya ketika sedang menunggu antrian di Bank, lagi nongkrong di cafe bareng teman-teman, waktu membosan di sela-sela kesibukan kerja, sebelum nonton pilem atau konser musik; atau ketika melakukan me time di tempat favorit.
Dia juga sudah mencoba mengikuti tweeps yang menarik minat dan meng-unfollow artis-artis yang ternyata malah mengganggu timeline. Dia mengikuti suatu obrolan dan diskusi; ikutan mengkritik atau membahas isu yang sedang ngehits, iseng melempar suatu pertanyaan menggelitik atau bermain-main dengan quiz dan game-game kreatif di twitter lainnya.
Pendek kata, si User ini sudah mendapatkan pencerahan tentang dunia twitter. Dia mengambil yang oke, dan membuang yang ble’e. Dia hanya mengikuti twit-twit yang menarik, meninggalkan yangannoying. Kemudian dia semakin sering membagi sesuatu. Mungkin tulisan menarik di blog, poto-poto kegiatan atau yang unyu-unyu, sinopsis atau ringkasan buku yang sedang dibaca atau review tentang pilem yang habis ditonotn.
Karena dia menarik, followers-nya pun mulai bertambah di kisaran 100 – 1000-an. Poto profilnya mulai unik, dan menggambarkan dirinya. Deskripsi diri di bio twitter pun sudah mulai menggelitik, seperti quote-quote terkenal atau oneliner gahul macem: “Everybody loves me, coz I’m made of chocolate.”atau yang semacam itu.

Dia mulai merasakan asyiknya twitter dan enjoy berinteraksi bareng dengan kawan-kawan dan para followers-nya.
3. Addict
NAH!! Yang ini nih, di fase ini dia ngetwit hampir SETIAP waktu!!
Sekali lagi ngetwit SETIAP waktu. Dia tidak ngetwit hanya ketika sedang tidak sadarkan diri; ketika istirahat atau pingsan.
Twitter  yang super addict sangat berbahaya; karena dia seperti tidak punya kehidupan lain selain twitter. Dia punya twitter-client andalan di semua media. Lewat desktop punya sendiri, henpon punya client sendiri. Ketika internet sedang mati; dia menggunakan layanan Twitter txt yang bisa menerima update dan bisa ngetwit status via sms. Pokoknya timeline harus selalu terbuka di genggaman.
[ Perlu dipahami, bahwa istilah nge-twit di sini tidak berarti harus update status. Membaca timeline, kepo mengikuti in-reply-to suatu percakapan, membuka tautan menarik yang ditwitkan seseorang, browsing dan membuka profil user lain ~juga termasuk aktivitas ngetwit. Yup. Seseorang yang jarang menulis twit tapi dia tetep non-stop mengikuti alur informasi di timeline twitter sudah dikategorikan addict!! ]
Seorang addict yang parah banget bisa mem-follow ribuan orang. Dia meng-list semua yang dia follow, dikategorikan menjadi kelompok-kelompok tertentu. Avatar dan deskripsi di bio-nya unik dan menjadi khas tersendiri. Si addict ini juga suka ngomong apa saja. Dan ketika dia agak lama tidak update; maka status twit terbaru dia akan berbunyi : “Sial! Baru bisa nge-twit.. Gara-gara bla bla bla..”
Memang, buat si addict –twitter sudah jadi kebutuhan pokok. Bahkan saat bangun tidur; update status lebih diutamakan sebelum minum air. Melek, langsung mengabarkan kepada dunia (twitter) bahwa dia masih eksis. Kebutuhan-kebutuhan lain bisa menyusul.
Mengerikan.
Jadi kamu termasuk yang mana?
Jika kamu merasa masih Noob; santai saja. Sekali lagi, semua orang mengalami masa itu! Tidak perlu minder atau ngambek. Pelan-pelan, mulai pelajarilah fungsi dan fitur di twitter. Ikuti tweep yang menarik atau yang direkomendasikan temen. Cari yang cocok denganmu. Misalnya kamu seorang penyanyi, follow para penyanyi canggih. Tidak perlu artis. Kalau kamu seorang desainer, di twitter banyak beredar tweep yang suka bagi-bagi tips desain. Go figure!
Jika kamu seorang User, bersyukurlah. Ini adalah fase teraman. Kamu tidak ketinggalan zaman, namun juga masih ‘terbangun’ di dunia nyata. Tetaplah dalam posisi seperti ini. Boleh mengembangkan sayap dengan menambahkan siapa-siapa yang di-follow; namun tetep balance. Punya akun twitter memang penting, namun bisa menyeimbangkannya dengan kehidupan nyata sehari-hari jauh lebih penting. Mantap!
Jika kamu ternyata udah jadi seorang Addict, waspadalah! Hati-hati, mungkin ada kerjaan yang terlunta, atau kewajiban-kewajiban yang belum ditunaikan. Inget juga bahwa tubuhmu perlu makan dan minum. Kalau kamu mengikuti ribuan orang, bikinlah list twitter ~atau ‘membersihkan’ daftar dengan membuang yang engga penting. Kalau ketergantungannya beneran udah parah banget, sebaiknya bikin jadwal kapan boleh buka twitter kapan harus berhenti. Inget kan, bahwa segala sesuatu yang berlebihan itu engga baik.


Angka menunjukkan, Twitter sudah merasuk begitu dalam di kehidupan manusia di dunia maya. Lebih dari 145 juta akun terbentuk di seluruh dunia hingga Juli 2010. Di Indonesia, menurut Comscore, 20,8% pengguna Internet menggunakan Twitter per Juni 2010. Masih menurut lembaga riset itu, Indonesia adalah negara dengan penetrasi Twitter terbesar di dunia.
Yang menarik, seringkali kata kunci asal Indonesia yang menjadi trending topics (topik yang paling banyak diperbincangkan di seluruh dunia) di Twitter. Fakta ini menunjukkan, pengguna Twitter Indonesia tergolong aktif di Twitter.
Angka memang penting. Tapi motivasi menggunakan Twitter jauh lebih menarik buat saya.
Pagi tadi saya mencoba menanyakan ke mereka, para pengguna, bukan marketer, secara langsung di Twitter:
@Nukman: Mengapa kita menggunakan Twitter? Pertanyaan ini sering muncul saat melihat pertumbuhannya dan keceriwisan kita di Twitter. Bantu jawab ya
Saya mendapat puluhan jawaban menarik seketika, dan sore ini saya simpulkan beberapa hal di bawah ini:
1. Sederhana.
Sesederhana mengirim SMS. Hanya mengetik maksimal 140 karakter. Tidak sesulit blog yang harus menulis beberapa alenea. “Tidak perlu lama menulis seperti blog ‘normal’, kata Goklas Tambunan. Di blog, 140 karakter hanya menjadi judul. Ini adaptasi mudah dari kebiasaan ber-sms-ria. Twitter juga tidak serumit social media lainseperti Facebook yang amat kaya fitur.
2. Medium eksistensi.
Twitter memenuhi hasrat penggunanya untuk eksis dan diakui pengguna Twitter lain. Seperti disampaikan Ekky Rezky:  ”Ingin eksis, biar dilihat orang juga.”
Bagi Firdiyanti, Twitter adalah representasi masusia sebagai mahluk sosial. “Orang yang pendiam sekalipun punya pengalaman yang ingin dia bagi ke orang lain via Twitter.”
Hal ini juga yang kemudian mengilhami beberapa penggunanya untuk memanfaatkan Twitter sebagai sarana personal branding.
3. Mendapatkan informasi yang lebih segar.
Media massa sudah mengadopsi Twitter. Cukup dengan men-follow akun Twitter media tersebut, berita terbaru langsung hadir di layar Twitter kita, tanpa harus datang ke situs beritanya. Jika tertarik dengan judul yang disajikan di garis waktu (time-line), baru kita mengklik tautannya dan masuk ke situs media tersebut.
Selain itu, banyak hal-hal baru, aktual, yang disebarkan oleh pengguna Twitter, yang luput atau terlambat dimuat media. Twitter menjadi media tak resmi. “Bisa mendapatkan informasi dari narasumber yang valid sekaligus bisa berinteraksi langsung dengan mereka,” kata Andre Manuhutu.
“Dengan Twitter saya bisa mendapatkan buanyak rangkuman kejadian aktual, tanpa harus banyak baca halaman berita,” kata Yuliadi Syarief.
Namun, tetap harus waspada di Twitter, terutama soal akurasi. Ini bisa dimaklumi, pengguna Twitter bukan jurnalis yang terlatih menulis fakta. Apalagi, sebagian dari mereka, “Cenderung menyempaikan opini ketimbang fakta,” kata Tomi Satryatomo.
 4. Mendapat ilmu.
Banyak pengguna Twitter yang pintar dan suka berbagi. Tanpa menuntut bayaran, mereka berbagi ilmu dengan cara masing-masing. Ada yang twit disertai blog. Ada yang suka memberikan kultwit alias kuliah via Twitter yang amat panjang.
“Interaksinya dahsyat, medium “bertemu” orang-orang  hebat hingga yang bejat, tinggal pintar-pintar memetik manfaat,” kata Nenden Novianti. Atau seperti yang dibilang Neng Ratna, anak SMA yang rajin twitteran, “bisa ‘mencolong’ ilmu orang-orang sukses.”
5. Berkomunikasi secara egaliter.
Di Twitter, baik yang men-follow maupun yang di-follow punya kedudukan setara, meski secara pendidikan, jabatan, umur bisa saja berbeda. Begitu kita menyukai kualitas tweet seseorang kita bisa men-follow-nya. Tatkala kita tidak menyukainya, kita dengan mudah men-unfollow-nya. “Di Twitter pun kita bisa berkomunikasi dengan bebas.
“Di Twitter tidak ada “saya siapa” dan ’Anda siapa’. Bebas beropini,” kata Anto Nugroho.
Bahkan, seperti kata Andang Setiadi, “Twitter memperlancar komunikasi dengan orang-orang penting yang kadangkala susah ditemui secara fisik.” Dengan semakin banyaknya menteri, politikus, seleb, petinggi perusahaan dan orang penting lainnya di Twitter, semakin mudah masyarakat, dengan latar belakang apapun, berkomunikasi dengan mereka secara egaliter.
Beberapa hal di atas, dirangkum Masova (Bisri Mustova), bahwa Twitter menjadi sangat menarik karena manfaatnya sebagai medium “Informasi, edukasi dan komunikasi..”