Minggu, 07 Januari 2024

1996 vs 2024

Beberapa hari ini ditengah semaraknya percakapan di sosial media, pembahasan soal kalender 1996 dan 2024 memiliki kesamaan yahg identik membuatku tertegun. Tahun ini, hari dan tanggalnya akan sama persis dengan tahun 1996. Tahun yang dulu sempat kuandaikan hilang dari kalender.

16 November 1996. Hari terakhir aku mencium wanita cantik yang ku panggil mamak. Kepergiannya membuat hidupku 180 derajat berbeda. Hidup jungkir balik, memaksaku dewasa sebelum waktunya. Andai aku diberi 1 kekuatan, aku ingin mengubah kalender dan meniadakan tahun 1996 dalam kalender hidupku.

Dalam angan seorang dina yang kala itu masih 7 tahun. Jika tahun 1996 tidak pernah ada, maka pernikahan kedua bapak juga mustahil ada. Aku akan tetap menjadi bungsu dan hidupku jauh dari kata “berjuang”. Banyak trauma di tahun-tahun awal setelah ibu berpulang. Tidak ada satu manusiapun yang aku percaya, cukup aku dan Tuhan yang tahu apa yang ada dikepala dan hatiku.

Butuh waktu bertahun, menjelajah berbagai kebudayaan, membuka diri secara perlahan, sampai akhirnya aku mampu sedikit demi sedikit menerima kenyataan dan mulai memaafkan. Memaafkan diri sendiri yang terlalu keras dan kadang menutupi luka yang belum sembuh. Memaafkan sekitar yang seolah tidak peduli. Memaafkan prasangkaku yang lebih suka menarik diri agar jauh dari atensi.

Tahun ini, 28 tahun kemudian. Lukaku yang bernanah, perlahan aku buka dan obati. Perih dan menyakitkan, namun itu lebih baik daripada menutupi dan membiarkan luka semakin menjalar kedalam. Aku mampu menghilangkan sakitnya walau bekas lukanya masih disana dan aku belum tau cara menghilangkan bekas luka yang sudah mengering.

Tiba-tiba berita soal kesamaan kalender 1996 dengan 2024 membuat jantungku sejenak berdetak lebih cepat, terasa hangat namun meninggalkan rasa tidak nyaman yang lama. Aku merasa 1996 tahun terburuk dihidupku, aku takut. Aku merasa amat tertekan.

Di sisi yang lain, aku berupaya mengambil sisi positif. Bagaimana caranya agar 2024 ini menutupi memory buruk yang aku lewati di 1996. Bagaimanapun, 1996 juga merupakan tahun terbaikku. Tahun dimana aku mulai ingat bagaimana orang tuaku merayakan ulang tahunku dengan memberikan tas ransel sekolah sebagai kado. Itu kali pertama aku ingat kado yang ku dapat. Sekaligus mungkin ulang tahun terbaik di hidupku. Setelahnya, ulang tahunku sudah sebagai anak piatu.

Aku khawatir sekaligus bersemangat menyabut tahun ini. Aku takut sekaligus penasaran tentang apa yang mungkin ku alami tahun ini. Jantungku tak berhenti berdebar setiap mengingat 1996. Menatap kalender tahun ini, membuatku berdebar tiap hari, entah mengapa setiap melihat kalender 2024, ingatanku kembali mengingat 1996. 

Kala itu, 7 januari 1996 kira-kira apa yang sedang aku lakukan yaa? 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar