Katanya, butuh 21 hari untuk mengubah kebiasaan dan membentuk kebiasaan baru. Konsistensi yang dilakukan selama 21 hari akan berlanjut terus menerus dan menjadi biasa. Nyatanya? Teori yang dikemukakan Maxwell Maltz dalam buku berjudul Psycho-Cybernetics pada 1960 ini sudah usang. Penelitan terkini yang dilakukan beberapa peneliti menemukan bahwa butuh waktu yang lebih panjang untuj membentuk kebiasaan. Hal ini pun dipengaruhi oleh banyak hal, sangat berbeda pada masing-masing orang, tergantung pada prilakunya, motivasi, daya juang dan lain sebagainya.
Awal tahun ini aku memutuskan untuk konsisten menuangkan pikiranku dalam bentuk tulisan. Kepalaku seringkali terasa penuh karena aku terlalu malas mengurai isi kepala dalam bentuk tulisan. Semua berputar dan semakin semrawut membuatku semakin malas mengurai semuanya. Emosi yang tidak stabil hasilnya karena kepala terlalu penuh tapi tubuh terlalu malas. Bahkan memerintah diri sendiri pun aku tak mampu. Aku terlalu dimanjakan dan diperbudak kemalasan. Bergabung di Kelas Literasi Ibu Profesional (KLIP) membuatku belajar untuk mengingat kembali satu persatu isi kepala. Semoga dengan ini isi kepalaku tidak terlalu kusut.
Januari, bulan pertama aku mencoba konsisten bercerita, aku mampu menulis 10 hari dari 31 hari, tentu bukan awal yang membanggakan. Masih jauh dari kata rutin, namun setidaknya aku belajar mengurai isi kepala. Februari ini, aku tidak tahu apakah mampu menulis lebih banyak tapi aku berusaha konsisten menulis. Ternyata ini lumayan bisa menjadi terapi, walau entah kapan aku bisa benar-benar konsisten menulis setiap hari namun aku berusaha melawan rasa malasku.
Resolusi 2024 yaa biar bisa lebih mindfull menjalani hidup. Aku ingin merayakan setiap hari dengan menulis semua kegelisahan, mensyukuri semua berkah, dan berjuang untuk melawan kemalasan dalam diri. Aku tidak ingin memprediksi bagaimana diri diakhir tahun nanti, terlalu jauh sepertinya. Aku hanya berfokus untuk mencatat perjalanan hari demi hari. Hal-hal kecil yang mungkin akan aku lupakan, namun setelah dibaca ulang, aku akan paham pergolakan yang aku rasakan sat menulis itu.
Konsistensi itu sulit (bagiku), itulah mengapa aku tidak bisa melakukannya sendiri. Aku butuh bantuan dan KLIP hadir. Tidak ada paksaan untuk selalu menulis setiap hari. Namun aku merasa punya teman yang sama-sama belajar mengabadikan memori dalam bentuk tulisan. Perasaan “Aku tidak sendiri” membuatku sangat nyaman dan lebih bersemangat untuk mengurai isi kepala. Terima kasih KLIP.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar